Halaman Artikel

Desa Bantar memiliki sejarah yang sarat makna, baik dari sisi bahasa, geografi, maupun kisah perjuangan. Nama “Bantar” sendiri memiliki beberapa tafsir yang saling melengkapi dan memperkuat jati diri desa ini.

Secara bahasa, dalam Bahasa Sunda, kata Bantar berarti pinggiran sungai. Ini sesuai dengan letak geografis Desa Bantar yang berada di antara dua sungai besar: Sungai Merawu di sebelah timur dan Sungai Jarompang di sebelah barat. Kedua sungai ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan warga, memberikan sumber air, mendukung pertanian, serta membentuk karakter wilayah yang subur dan alami.

Dalam Bahasa Indonesia, bantar atau membantar berarti menolak atau mencegah, yang bisa dimaknai sebagai simbol semangat masyarakat dalam menghadapi bahaya atau tantangan kehidupan. Arti ini menggambarkan tekad warga yang kuat dan tidak mudah menyerah.

Namun, kisah yang paling dikenal dan menjadi cerita turun-temurun di masyarakat adalah asal-usul dari kata banter (Bahasa Jawa), yang berarti lari cepat. Menurut cerita rakyat, dahulu ada seorang prajurit dari pasukan Pangeran Diponegoro yang berusaha menyelamatkan diri dari kejaran tentara Belanda. Ia berlari kencang dari arah timur dan berhenti di suatu tempat yang ia rasa aman dari pengejaran. Tempat tersebut kemudian dikenal sebagai Desa Bantar, yang dipercaya berasal dari kata banter karena peristiwa tersebut.

Cerita ini tidak hanya menjadi legenda, tetapi juga menjadi bagian dari identitas kolektif warga Desa Bantar. Ia menyiratkan semangat perjuangan, keberanian, dan tekad untuk bertahan dalam situasi sulit.

Kini, Desa Bantar berkembang menjadi sebuah wilayah yang penuh semangat, mandiri, dan terus menjaga nilai-nilai luhur warisan leluhur. Sejarah ini menjadi pondasi bagi perjalanan desa menuju masa depan yang lebih baik, sejalan dengan semboyan desa:
"Teteg lan Mukti" — Teguh dalam pendirian, menuju kemakmuran.